A Good Bye
Setelah memarkirkan motornya, Derian terburu-buru untuk menuju ke ruangan papanya. Setelah sampai di depan ruangan papanya, ia melihat ada banyak perawat dan juga dokter.
“Ini kenapa?” tanya Derian kepada ketiga sahabatnya yang berada di depan ruangan itu.
Belum sempat Jeandra menjawab, dokter keluar dari sana dan berkata bahwa papanya baru saja menghembuskan napas terakhirnya.
Derian melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam kamar itu. Pandangannya menuju tempat papanya terbaring. Ia bisa melihat sudah tidak ada lagi alat yang berada di tubuh papanya.
“Sekarang papa gak perlu rasain sakit, Pa.” Derian menggenggam tangan papanya dan mengelusnya.
“Maafin Derian yang belum bisa jadi seperti yang papa mau,” tambahnya.
Ponselnya tiba-tiba saja berdering. Derian pun mengangkatnya. Mendengar kabar bahwa perusahaan papanya ternyata bangkrut membuat tubuh Derian meluruh dan duduk bersimpuh di lantai rumah sakit. Pandangannya kosong dengan ponsel yang masih ia genggam.
“Der..” Jiano membantu Derian untuk bangkit.
“Der, kita bakal selalu ada di sini buat lo.” Jeandra memeluk Derian. Hasbi dan Jiano pun melakukan hal yang sama untuk menguatkan Derian.
“Sekarang gue ga punya apa-apa,” lirih Derian.
“Gak, lo masih punya kita. Kita bakal selalu di sini. Kita bakal selalu berjalan bersama,” ujar Jeandra.
Dan pada akhirnya, siap atau tidak Derian harus menerima apa yang sudah ditakdirkan. Tanpa disadari, ia baru saja membuat tekad baru untuk keberlangsungan hidupnya kedepan.