Jalan Bareng Denara

Pukul 19.55 Derian sudah sampai di cafe tempat Denara bekerja. Derian memarkirkan motornya lalu masuk ke dalam cafe. Ia melihat Denara yang berada di balik meja kasir. Ia pun mengembangkan senyumnya.

Denara melihat Derian yang baru saja masuk pun berkata, “Tunggu, gue ambil tas dulu.”

Derian hanya mengangguk.

Tak lama kemudian Denara datang. Mereka memutuskan untuk langsung pergi dari cafe.

“Lo mau bawa gue kemana?” tanya Denara.

“Makan, kebetulan gue belum makan. Gapapa kan?”

“Iya”


Mereka pun sampai di salah satu tempat makan. Derian memarkirkan motornya.

“Turun, Na”

“Bentar dulu, ini helmnya susah dibuka.” Denara masih sibuk membuka helmnya.

“Turun dulu! gue yang bukain,” ujar Derian.

Denara pun turun dari motor sembari terus mencoba untuk membuka helmnya. Derian pun menarik lembut lengan Denara agar mendekat. Pria itu memegang tangan Denara. Hal itu membuat Denara menghentikan kegiatannya dan terdiam sambil menatap Derian. Sementara pria itu fokus untuk membantu Denara membuka helmnya.

“Udah nih,” ujar Derian.

Derian menaikkan pandangannya dan pada saat itu pula pandangan mereka bertemu. Untuk beberapa detik mereka saling menatap sampai akhirnya Denara memutus kontak mata.

“Ayo! Gue laper,” ujar Denara canggung.

Denara pun berjalan mendahului Derian. Pria itu masih dia sambil tersenyum senang. Akhirnya ia pun mengikuti Denara untuk masuk.