Jalan-Jalan Malam
Setelah menjemput Shanin di cafe tempatnya bekerja, Mahardika tidak langsung mengantarkan Shanin ke rumahnya karena Shanin meminta untuk jalan-jalan malam.
“Segitu kangennya lo sama gue, Shan?”
Shanin mengangguk. “Lo kan tau kalo temen gue cuma lo sama Denara. Sama Denara pun gue belum deket”
Ada kekecewaan di raut wajah Mahardika setelah mendengar jawaban Shanin. Tapi dia menyembunyikan kekecewaannya dan fokus menyetir.
“Emang lo sibuk ngapain?”
“Sibuk nugas, sama urusan keluarga”
Shanin hanya mengangguk. Suasana pun hening sampai Mahardika kembali membuka suara.
“Shan”
Shanin menoleh ke arah Mahardika.
“Kalo misalnya suatu hari gue ga di samping lo lagi, lo bakal baik-baik aja kan?”
Shanin mengerutkan dahinya. “Lo mau ninggalin gue?”
“Nggak, kan gue bilang misalnya”
Shanin mendunduk. “Gue gatau, Ka. Hidup gue rasanya berat banget. Kadang gue mikir, kalo ga ada lo dan cita-cita gue mungkin gue udah nyerah”
Mahardika meraih tangan Shanin. Digenggamnya tangan itu. “Ada atau ga adanya gue, lo ga boleh nyerah ya”
“Tunjukin kalo lo bisa sukses”
Shanin hanya diam saja. Suasana pun kembali hening. Mereka sibuk dengan pikirannya masing-masing.
Ada atau ga adanya gue, lo ga boleh nyerah. Tunjukin kalo lo bisa sukses.