Jangan Melampaui Batas
Nandra melajukan mobilnya ke tempat kost Sylvia, sekertarisnya. Sebenarnya ia malas untuk menjemput dan berangkat bersama sekertarisnya. Namun apa daya, ia tidak mungkin pergi rapat tanpa sekertarisnya, karena semua bahan presentasi ada pada sekertarisnya itu.
Hanya membutuhkan waktu sekitar 15 menit, Nandra sudah sampai di tempat kost Sylvia. Sylvia yang sudah berdiri di sana sejak tadi untuk menunggu kedatangan Nandra pun langsung masuk ke dalam mobilnya.
Nandra merasa aneh dengan penampilan sang sekertaris. Pasalnya, wanita itu baju dalaman berbahan satin tanpa lengan. Sementara blazernya tidak ia pakai, hanya disampirkan di lengannya. Belum lagi lipstick yang digunakan sangat tebal dan berwarna merah menyala.
“Bapak kenapa liatin saya gitu? Ada yang aneh atau saya terlalu cantik pak?”
“Terlalu menor lebih tepatnya,”
Sylvia yang mendengar jawaban dari Nandra pun mencebikkan bibirnya.
“Bapak kok gitu sih?” ujarnya dengan nada merengek.
Nandra memilih untuk tidak menanggapinya lagi. Ia mulai melajukan mobilnya agar segera sampai ke lokasi pertemuan mereka. Berbeda dengan Sylvia, ia tiba-tiba saja mendekatkan wajahnya ke arah bagian leher Nandra. Ia mengendusnya lalu berkata, “Bapak pakai parfum apa? Saya suka wanginya.”
Nandra mendorong pelan tubuh Sylvia agar gadis itu bisa kembali duduk di posisi semulanya. Tidak menyerah, Sylvia menyunggingkan senyuman menggodanya.
“Bapak jangan terlalu kaku gitu deh.” Sylvia mengelus tangan Nandra yang kebetulan sedang menyalakan radio. Nandra segera menepis tangan Sylvia.
“Sylvia, saya sudah peringatkan kamu untuk tidak melewati batasan kamu.”
Sylvia terkekeh mendengar penuturan Nandra tersebut.
“Jangan munafik, Pak. Saya tahu kalau bapak sebenarnya suka kan saya sentuh. Hanya saja bapak selalu menampiknya karena istri bapak yang tidak bisa memberikan apapun untuk bapak,”
“Jaga ucapan kamu! Tau apa kamu tentang saya dan istri saya?”
“Saya tau semua pak. Bahkan saya yakin kalau istri bapak belum memberikan apa yang seharusnya bapak dapatkan,”
Nandra menepikan mobilnya, “Turun kamu!” perintah Nandra dengan nada dinginnya.
Sylvia cukup terkejut dengan ucapan Nandra barusan. Ia tidak menyangka bahwa seorang Nandra yang selama ini lembut dan tenang akan berkata seperti itu padanya.
“Bapak tega nurunin saya di tengah jalan?”
“Saya sudah peringatkan kamu sejak tadi agar tidak melewati batasanmu, tapi kamu tidak mau dengar. Jadi sekarang lebih baik kamu turun sebelum saya paksa,”
Sylvia dengan kesal segera membuka pintu mobil Nandra dan keluar. Setelah Sylvia keluar dari mobilnya, Nandra pun melajukan kembali mobilnya. Ia sudah tidak peduli dengan bahan rapat yang ada pada Sylvia. Kesabarannya sudah habis untuk menghadapi Sylvia.
justdoy_it