Kejadian Siang Itu

Setelah mendapatkan pesan dari Pak Tian yang mengatakan bahwa Bu Risa memanggilnya, Luna bergegas menuju ke ruangan baru Bu Risa. Ruangannya sudah bukan yang kemarin karena jabatan Bu Risa yang sudah naik menjadi manager. Setelah keluar dari lift, secara perlahan Luna melihat setiap ruangan., hingga ia menemukan satu ruangan yang bertuliskan Manager.

Luna melangkahkan kakinya menuju ruangan tersebut, lalu mengetuk pintunya terlebih dahulu. Setelah dipersilahkan masuk, barulah Luna membuka pintu ruangan tersebut dan masuk ke dalamnya.

Srakk…

Luna terkejut karena baru saja dirinya masuk, kumpulan kertas dilemparkan ke arahnya dan mengenai bagian wajahnya. Risa, pelaku yang melempar tumpukan kertas itu pun berdiri dan berjalan mendekati Luna. Luna memungut kerta-kertas yang berserakan di kakinya itu.

“Itu hasil performance kamu bulan ini. Dari 5 target, kamu cuma dapat 2?” Bu Risa menatap tajam Luna yang sudah berdiri kembali setelah merapikan kertas-kertas tadi.

“Maaf bu,” cicit Luna. Risa semakin mendekat ke arah Luna. “Maaf? Saya gak butuh kata maaf kamu, Luna. Yang saya butuhkan achievement kamu.”

Luna masih setia menundukkan kepalanya.

“Saya kan sudah bilang sama kamu, kalau kamu gak menghasilkan untuk perusahaan ini lebih baik kamu serahkan surat pengunduran diri kamu,”

“Gak ada yang berhak menyuruh Luna mengundurkan diri,” ujar seseorang yang baru saja membuka pintu ruangan Risa.

“Pa..Pak Jonas..” Risa gelagapan begitu melihat Jonas yang masuk ke dalam ruangannya di saat ia sedang memarahi Luna.

“Saya angkat jabatan kamu karena kamu cukup kompeten, Risa. Tapi bukan berarti kamu jadi semena-mena begini.” Jonas menatap Risa tajam. Jonas adalah tipikal orang yang tidak suka melihat orang lain menggunakan kekuasaan mereka untuk menindas orang lain.

“Gak gitu pak, ini salah paham,” ujar Risa yang mulai panik.

“Gak ada kesalahpahaman di sini. Saya lihat semuanya dari awal. Bahkan bagian kamu melempar Luna dengan kertas-kertas itu.” Jonas melirik ke arah kertas yang berada di dalam dekapan Luna.

“Pak Jo, maafin saya. Saya gak sengaja tadi,” ujar Risa.

“Minta maaf sama Luna bukan dengan saya,” pinta Jonas secara tegas.

Jauh di dalam hatinya Risa sangat kesal karena Jonas membela Luna lagi. Namun, ia harus berpura-pura meminta maaf dan baik pada Luna di depan Jonas.

“Luna, maafin saya ya.” Risa memegang pundak Luna dan menekannya keras serta memberi isyarat pada Luna lewat matanya.

“I..iya, Bu.” Luna meringis tertahan.

“Kali ini saya maafkan kamu, Risa. Tapi kalau lain kali kamu masih bersikap seperti ini sama karyawan lain, terutama Luna. Saya akan pecat kamu. Ayo, Luna” Jonas menarik tangan Luna dengan lembut. Lalu membawanya keluar dari ruangan Risa.

Risa yang melihatnya pun menahan rasa kesalnya. Untuk saat ini ia memilih diam, karena kalau ia melakukan tindakan lagi, Jonas bisa memecatnya. Risa tidak mau hal itu terjadi.


Kejadian Siang Itu

Jonas mengajak Luna makan siang di luar. Luna hanya menurut saja karena ia masih terkejut atas perlakuan Risa beberapa saat lalu. Selama di perjalanan pun Luna hanya diam dan matanya fokus membaca kertas yang berisi data performancenya bulan ini.

“Gak apa-apa, Lun. Kamu masih baru,” ujar Jonas yang melihat Luna terus menatap sedih ke arah kertas yang ia genggam.

“Tapi ini buruk pak,”

Jonas tersenyum, “Gak masalah, nanti belajar lagi. Siapa tau bulan depan rezeki kamu lebih bagus.” Luna pun hanya menganggukkan kepalanya.

Tak lama kemudian mereka sudah sampai di salah satu café yang tak jauh dari kantor mereka. Jonas dan Luna pun segera turun dari mobil, lalu berjalan masuk ke dalam café. Siang itu café tersebut ramai oleh pengunjung, sehingga hanya tersisa satu meja di sudut ruangan. Mereka pun memutuskan untuk duduk di sana karena tidak ada pilihan lain lagi.

Saat mereka menunggu pesanan mereka datang, seseorang pun datang ke meja mereka.

“Yoo Bang Jo, Luna!” sapa orang tersebut.

Jonas menatap malas ke arah orang tersebut. Orang itu pun mengambil duduk di sebelah Luna. “Gue duduk di sini ya. Soalnya udah gak ada meja kosong lagi.”

Jonas memutar bola matanya malas. “Ya kalau lo tau gak ada meja kosong, kenapa gak pergi cari café lain?”

Orang itu terkekeh, “Gue maunya di sini. Kebetulan juga kan ketemu kalian.”

“Bilang aja emang lo ada tujuan lain kan, Jeff?”

Jeffin, orang itu adalah Jeffin Arkadio. Ia hanya terkekeh dan mengedipkan sebelah matanya begitu mendengar perkataan Jonas. Jeffin tadinya memang ingin pindah café, namun netranya menangkap sosok Jonas dan Luna. Ia yang tidak ingin Jonas mendapat kesempatan untuk berduaan dengan Luna pun langsung menghampiri keduanya.

Setelah makanan datang, mereka pun mulai makan. Selama acara makan mereka, hanya Jeffin yang banyak berbicara karena suasana hati Jonas yang sudah tidak baik semenjak kedatangan Jeffin. Dan Luna yang masih enggan banyak bicara setelah kejadian di kantornya tadi.

©justdoy_it