Keluar Untuk Pertama Kalinya

Tepat pukul 3 sore Aida berada di depan rumah Danish untuk mengajak Danish ke luar, seperti kesepakatan mereka. Namun Danish berkata bahwa ia sedang tidak ada di rumah.

Aida pun tidak memercayainya. Ia melangkahkan kakinya menuju samping rumah Danish.

“Dor..” ujar Aida mengejutkan Danish yang kala itu sedang menatap keluar jendela kamarnya.

Danish pun terkejut.

“Kak Danish gak bisa bohong sama Aida. Ayo pergi!”

Danish pun dengan malas menggerakkan kursi rodanya untuk keluar dari kamarnya. Aida yang melihat hal tersebut pun kembali melangkahkan kakinya untuk menuju pintu depan rumah Danish.

Bersamaan dengan Aida yang sampai di sana, Danish membuka pintu rumahnya.

Aida dapat menangkap kekhawatiran di raut wajah Danish.

“Kakak takut?” Tanya Aida. Danish hanya diam.

Bak orang yang bisa membaca pikiran, Aida berkata, “Kakak khawatir karena ini pertama kalinya kakak keluar rumah setelah sekian lama?”

Danish menganggukkan kepalanya.

Aida tersenyum melihatnya. “Gak perlu takut, kak. Ada Aida yang bakal jagain kakak.”

Akhirnya Danish pun menyetujui untuk pergi bersama Aida.

Mereka berjalan kaki karena Aida merasa tempatnya tidak terlalu jauh dan lebih enak jika berjalan kaki saja.


Mereka pun sampai di cafe tersebut. Cafe itu sedang ramai. Dan ketika mereka masuk, banyak mata yang memandang ke arah Danish dengan berbagai tatapan. Hal itu membuat ketakutan Danish muncul kembali.

Aida yang mengetahuinya pun langsung mendorong kursi roda Danish untuk menuju spot cafe yang tidak terlalu ramai.

Setelah memesan, mereka menunggu pesanannya dalam diam hingga sebuah pertanyaan dari Danish memecah keheningan di antara mereka.

“Kamu gak malu bawa saya?”

Aida mengerutkan keningnya. “Malu? Untuk apa, kak?”

“Kamu gak lihat tadi gimana orang-orang memandang saya karena keadaan saya?”

Aida tersenyum lagi. “Buat apa malu? Justru Aida bangga bisa jalan sama kakak. Terlepas dari keadaan kakak, kakak itu orang yang hebat. Sayang banget mereka gak tau kehebatan kakak.”

“Ai, saya serius,”

“Loh? Aida juga serius. Kak Danish tuh hebat, buktinya kakak bisa bertahan sampai sekarang. Gak semua orang bisa kayak kakak loh.” Lagi, senyuman indah milik Aida terukir di bibirnya.

Danish dibuat terpana oleh kata-kata yang terlontar dan juga senyum yang terukir di bibir Aida.

“Udah ah, ayo makan nih kak,” ujar Aida.

“Eh tapi, fotoin Aida dulu dong,”

“Mana ponselnya?”

“Pakai punya kakak aja, nanti kirimin ke Ai,”

Danish pun hanya pasrah. Ia mengambil beberapa gambar Aida dengan beberapa gaya.

“Udah, sekarang makan,” ujar Danish.

Mereka pun menikmati makanan mereka dengan tenang.

©justdoy_it