Obrolan Serius
Jea dan Nandra telah sampai di rumah Jea. Ternyata di sana sudah ada Mama Shani dan juga Bunda Nafisya. Nandra pun dengan sopan menyalami Mama Shani dan Bundanya. Hal serupa dilakukan juga oleh Jea.
“Mama mau omongin apa?” Tanya Jea to the point
Mama Shani pun tersenyum penuh arti. “Jadi, sebenernya kami mau kalian segera menikah.”
Jea pun membelalakkan matanya karena terkejut. Sementara Nandra tetap tenang. “Jea kan belum bilang kalau Jea setuju, Ma.” Jea sedikit menaikkan nada suaranya.
Tatapan Mama Shani pun berubah menjadi sendu. “Jea...kamu mau liat mama bahagia dan bangga kan?”
Jea hanya diam saja. “Mau ya, sayang? Mama janji ini permintaan mama yang terakhir.”
Jea menoleh ke arah mamanya. “Mama apaan sih! Jangan ngomong yang aneh-aneh deh.”
“Iya, Jea mau.”
Raut wajah Mama Shani dan Bunda Nafisya tampak bahagia.
“Kalau gitu kita langsung aja minggu depan,” ujar Mama Shani.
Lagi, hal itu membuat Jea dan Nandra terkejut.
“Gak secepat itu juga dong, Ma.”
Nandra pun mengangguk. “Menurut saya, itu terlalu cepat tante. Kita juga butuh pengenalan dan persiapan.”
“Kalau soal persiapan, semua bisa bunda atur,” ujar Bunda Nafisya.
Baik Nandra maupun Jea sudah tidak tahu harus berkata apa lagi.
“Kalian diam mama anggap setuju ya,” ujar Mama Shani senang.
“Jea izin ke kamar dulu ma,” ujar Jea seraya pergi menuju kamarnya.
Nandra pun segera pamit pulang karena ia lelah.