Perkara Blokiran

image


Pagi itu, Luna sudah siap untuk berangkat ke kantor. Ibunya sudah lebih dulu pergi. Jadi, hanya tersisa ia dan Jilan.

“Adek,” panggil Luna dari ruang tamu.

Jilan yang merasa terpanggil pun segera menyahut. “Apa, Kak?”.

“Kakak berangkat, Ya?”

“Iya,”

“Nanti jangan lupa kunci pintunya,”

“Iya,”

Setelah mendengar jawaban Jilan tersebut, Luna segera melangkahkan kakinya untuk keluar rumah.

Baru saja ia membuka pintu rumahnya, ia sudah dikejutkan dengan keberadaan seseorang dengan senyumannya.

“Pak Jeffin ngapain pagi-pagi di sini?”

“Mau minta buka blokiran di WhatsApp,” jawab Jeffin dengan senyumannya.

“Astaga! Ya gak perlu sampai ke sini,”

“Ya habisnya kan kamu blokir saya. Saya minta tolong ke Janu juga gak membantu. Jadi, langsung aja saya yang ke sini,”

“Iya, nanti dibuka.” Luna pun melangkah untuk pergi dari sana.

Jeffin mengikuti langkah Luna. “Buka sekarang dulu, Luna.”

Luna tidak mengindahkan ucapan Jeffin barusan. Ia masih tetap melangkahkan kakinya. Jeffin yang melihat hal tersebut pun langsung berdiri di hadapan Luna untuk menghentikan langkah kaki gadis itu.

Luna pun menghentikan langkahnya dan menatap kesal ke arah Jeffin. “Saya bilang nanti, ya nanti saja, Pak.”

“Sekarang aja, Luna,”

Luna mendecak sebal. “Nanti atau gak saya buka selamanya.”

Perkataan Luna barusan cukup untuk membungkan Jeffin. Luna pun kembali melangkahkan kakinya melewati Jeffin yang masih berdiri di sana.

Jeffin pun tersadar dan kembali mengikuti langkah Luna. “Okay, tapi saya antar kamu, Ya?”

Luna sudah benar-benar jengah dengan sikap Jeffin yang menurutnya sangat mengganggu.

“Nggak, saya masih bisa sendiri, Pak,”

Lagi, Jeffin mengambil inisiatif untuk berdiri di hadapan Luna untuk menghentikan langkah gadis itu.

“Kamu kenapa sih, Lun?”

“Bapak yang kenapa?”

“Loh, kok saya?”

“Bapak ngapain ganggu saya terus? Saya mau kerja, Pak,”

“Ya udah, saya yang antar kamu,” ujar Jeffin yang masih bersikeras untuk mengantar Luna.

“Gak perlu. Saya masih bisa sendiri,”

“Sejak semalam kamu aneh, Lun. Biasanya kalau saya godain kamu gak sampai nge-blokir, tapi semalam?”

“Ya karena saya gak mau jadi orang ketiga, Pak,”

Jeffin mengerutkan dahinya. Ia bingung dengan maksud dari perkataan Luna barusan.

“Maksud kamu?”

“Saya lihat kok bapak semalam ada di café yang sama dengan saya semalam,”

“Ah! Jadi kamu lihat saya sama Laura juga?”

Luna pun menganggukkan kepalanya. Baru saja Jeffin ingin meluruskan permasalahannya, sebuah klakson mengejutkan mereka.

“Bapak kalau udah punya pacar jangan ganggu kakak saya lagi dong,” ujar Jilan. Suara klaksor barusan juga berasal dari motor yang dikendarai oleh Jilan.

“Tapi saya—”

“Sekarang mending bapak pergi aja. Jangan pernah berani buat muncul lagi dan mainin kakak saya.” Jilan pun menatap kakaknya dan mengisyaratkan agar segera naik ke motornya.

Tanpa menunggu lama, Luna segera naik ke motor Jilan. Jilan pun melajukan motornya untuk pergi dari sana dan menyisakan Jeffin yang masih berdiri di sana.

“Laura..kenapa selalu ngerusak, sih?” Jeffin pun mengacak rambutnya frustasi.

Ia pun masuk ke dalam mobilnya dan melajukan mobilnya untuk pergi dari sana.

©justdoy_it