Pertandingan Basket
Natha masih terus menatap cemas ke arah tribun penonton. Dengan perasaan cemasnya, Natha memulai pertandingan. Sesekali ia melihat ke arah tribun untuk memastikan apakah sosok Zeline sudah berada di sana atau belum. Namun hasilnya nihil. Yogi, teman satu tim sekaligus sahabatnya menegur Natha dan menyuruh Natha untuk fokus. Natha pun meminta maaf dan mulai memfokuskan dirinya pada pertandingan.
Tepat di sepuluh menit terakhir pertandingan, Zeline datang dan duduk di kursi kosong yang tersisa. Ia pun merasa lega karena masih bisa melihat Natha bermain. Setidaknya dia menepati janjinya untuk menonton walau hanya di sepuluh menit terakhir.
Pertandingan pun usai dan dimenangkan oleh tim Natha. Sorakan para penonton pun terdengar. Tak jarang dari mereka meneriaki nama Natha. Natha yang masih berdiri di tengah lapangan pun kembali melihat ke arah penonton untuk mencari sosok Zeline. Ia pun tersenyum begitu melihat sosok yang ia cari sedari tadi sedang duduk di sana sambil mengacungkan jempol kepadanya.
“Eh itu siapanya Natha?” seseorang di sebelah Zeline bersuara.
“Gak tahu, pacarnya mungkin,” jawab teman di sebelahnya.
Gadis yang bertanya tadi tertawa. “Gak mungkinlah.”
“Gue sih gak tahu, tapi mereka tuh keliatan akrab banget,”
Zeline akhirnya menyadari bahwa dua orang gadis itu sedang membicarakan dirinya. Zeline tak terlalu nyaman menjadi pusat perhatian orang, apalagi ditatap dengan tatapan yang membuatnya risih. Ia pun dengan tergesa pergi dari sana. Ia memutuskan untuk menemui Natha yang sudah berada di pinggir lapangan.
Natha melihat Zeline mendekat ke arahnya pun langsung tersenyum. “Lo gapapa, kan?”
“As you can see. Gue gapapa, Nat. Oh iya, selamat, ya.” Zeline mengulurkan tangannya ke arah Natha dan disambut oleh Natha.
“Selamat doang nih?” goda Natha.
Zeline terkekeh. “Emang mau apa?”
“Traktir kayaknya enak,”
“Eh tapi gak bisa sekarang, soalnya gue sama anak-anak juga ada acara,” sambung Natha. Zeline pun mengangguk mengerti. “Yaudah, kabarin aja lagi. Kalau gitu gue balik deh, ya?”
“Gue antar, ya?”
“Gak usah, Nat,”
“Udah gapapa, lo tunggu di parkiran aja, gue mau ganti baju sekalian bilang sama yang lain,”
Zeline pun hanya bisa pasrah. Ia melangkahkan kakinya untuk menuju parkiran motor. Sepuluh menit ia menunggu namun Natha tak kunjung datang.
“Gue haus deh, gue tinggal beli minum dulu gapapa kali, ya?” pikir Zeline. Akhirnya ia pun pergi mencari warung untuk membeli air mineral.
Baru saja Zeline ingin masuk, ia sudah melihat Natha keluar dengan motornya. Namun Natha tidak sendiri, ia membonceng seorang gadis yang wajahnya tidak terlihat karena tertutup helm. Gadis itu juga mengenakan jaket milik Natha. Zeline mengenali jaket tersebut karena Natha sering memakainya.
Zeline pun memutuskan untuk kembali ke warung tempatnya membeli minuman dan duduk di sana. Pikirannya penuh dengan berbagai macam pertanyaan.
Kenapa Natha tidak memberitahunya?
Kenapa Natha bersikeras mengantarnya kalau akhirnya begini?
justdoy_it