Rahasia Masa Lalu
Setelah pertemuannya dengan Jonas tadi, Jeffin membawa Luna ke suatu tempat yang tidak terlalu ramai namun juga tak sepi. Jeffin dan Luna memutuskan untuk mengobrol di dalam mobil. Sudah sepuluh menit berlalu namun Jeffin hanya diam dengan pandangan yang lurus ke depan. Luna dengan sabar menunggu Jeffin untuk berbicara apa yang ingin ia bicarakan.
Luna yakin bahwa ini adalah sesuatu yang sulit untuk dikatakan. Oleh karena itu, ia tidak mau mendesak Jeffin. Jeffin pun menarik dan menghembuskan napasnya dengan kuat.
“Saya punya trauma kehilangan orang yang saya sayang-”
“-itu semua karena orang tua saya bercerai saat saya berusia delapan tahun. Dan gak satu pun dari mereka mau merawat saya-” Jeffin menghentikan ucapannya. Ia memejamkan matanya. Bayangan tentang masa lalunya yang pahit kembali berputar di kepalanya. Ia mencengkram stir kemudi dengan keras hingga buku-buku tangannya memutih.
Luna yang melihat itu pun mencoba menenangkannya dengan memberikan elusan pada tangan pria itu. “Gak usah di lanjut kalau kamu gak bisa.”
Jeffin dengan cepat membuka matanya dan mencoba untuk mengontrol dirinya. “Waktu itu saya dirawat sama kakek sampai akhirnya saya merasakan kehilangan lagi karena beliau meninggal tepat di hari pertama saya masuk SMP-”
“-di sana untuk pertama kali saya ketemu sama Darga. Dia selalu ada di saat masa-masa sulit saya. Bahkan dia yang bawa saya untuk terapi sampai akhirnya keadaan saya semakin membaik.” Jeffin tersenyum kecil mengingat betapa beruntungnya ia bertemu sosok Darga yang merawatnya dengan sangat baik.
“Waktu masuk kuliah saya udah dalam keadaan benar-benar baik. Sampai akhirnya rasa itu muncul lagi karena Laura pergi tanpa sepatah kata pun. Bahkan dia langsung hilang kabar setelah itu.” Jeffin menoleh ke arah Luna yang sedang menatapnya. “Kamu pasti bingung kenapa rasa itu bisa muncul lagi cuma karena Laura, kan?”
Jeffin tersenyum lagi. “Dulu, Laura adalah wanita yang saya cintai. Laura dulu juga adalah bagian dari pertemanan saya, Darga, Bang Jo dan Janu-”
“-saya suka sosok Laura yang polos dan lugu saat itu. Bukan cuma saya, Bang Jo juga suka sama Laura. Bahkan saya sama Bang Jo sampai benar-benar ribut untuk memperebutkan Laura.” Jeffin menarik napasnya dan terkekeh. “Kalau diingat, itu juga sesuatu yang memalukan karena saya sama Bang Jo sampai di rawat di rumah sakit dan perang dingin selama kurang lebih lima bulan, karena tepat sebulan setelah saya dan Bang Jo keluar dari rumah sakit, Laura pergi.”
Luna masih mendengarkan cerita Jeffin dengan seksama. Sekarang ia tahu apa alasan Laura sangat ingin Jeffin kembali menjadi miliknya. Dan alasan Jeffin selalu menghindari Laura.
“Jadi, alasan kamu gak mau balik sama Laura karena trauma kamu?” tanya Luna. Jeffin menggelengkan kepalanya. “Gak sepenuhnya benar, karena ada alasan lain.”
“Apa?”
Jeffin menatap kedua manik mata indah milik Luna. Hingga ia jatuh ke dalam pesona mata indah itu. “Kamu. Karena saya udah jatuh cinta sama kamu.”
Luna yang salah tingkah pun langsung membuang arah pandangannya ke sembarang arah. Jeffin memegang dagu Luna dan menghadapkan pandangan Luna kepadanya. “Saya benar-benar jatuh hati sama kamu, Luna.”
Luna hanya diam.
“Saya cerita semua ini biar kamu tahu lebih awal. Saya juga udah siap kalau semisal setelah tahu hal ini kamu mau menjauh dari saya.” Jeffin tersenyum dipaksakan.
“Kata siapa? Saya gak kemana-mana. Saya akan tetap di sini karena saya-”
Jeffin pun diam menunggu Luna melanjutkan ucapannya.
“-saya suka sama bapak,” lirih Luna.
“Apa, Lun?”
“Gak ada pengulangan.” Luna yang sebal pun langsung merubah posisi duduknya. Hingga tiba-tiba seseorang memeluk tubuhnya dari samping. “Saya dengar kok. Berarti sekarang resmi.”
Jeffin teringat suatu hal, ia pun melepaskan pelukannya. “Oh ya, saya punya satu masalah lagi. Saya itu cukup sulit mengontrol emosi kalau lagi marah. Apa kamu masih mau?”
Kali ini, Luna dengan keberanian yang entah dari mana, menangkup pipi Jeffin dan mengelusnya dengan ibu jarinya. “Apapun itu, saya terima. Kita akan jalan bersama. Kita akan saling melengkapi.”
Jeffin bahagia mendengar penuturan Luna. Ia pun mendekatkan wajahnya ke wajah Luna. Kemudian ia mengecup kening milik gadis itu. Luna yang merasa pipinya memanas karena mendapatkan perlakuan seperti itu.
“Saya beruntung ketemu kamu. Saya janji, saya akan lamar kamu secepatnya setelah diri saya benar-benar pantas untuk kamu,”
Luna pun hanya tersenyum dan menganggukkan kepalanya.
justdoy_it