Shanin dan Mahardika sampai di sebuah tempat makan. Shanin pun turun dari motor, begitu juga dengan Mahardika.

“Di sini aja gapapa kan?” tanya Mahardika. Shanin pun mengangguk.

Mereka pun berjalan masuk ke dalam. Pagi itu suasana cukup ramai dan hanya tersisa meja di bagian pojok ruangan. Mereka pun akhirnya duduk di sana. Setelah memesan makanan, mereka pun mengobrol sambil menunggu pesanannya datang.

“Shan, lo udah ada rencana tempat buat lo kerja?” tanya Mahardika. Shanin pun menggelengkan kepalanya.

“Gue gatau, Ka” ujar Shanin sembari menghembuskan napasnya berat.

“Hmm gue ada kenalan sih di cafe deket kampus kita nanti, mau coba gue rekomendasiin buat masuk situ ga?” tanya Mahardika

“Duh gimana ya, Ka. Gue gamau repotin lo terus” jawab Shanin. Mahardika pun tersenyum.

“Santai, Shan. Nanti gue rekomen ya” ujar Mahardika final. Shanin pun mengangguk pasrah.

“Tapi gue rasa gue butuh tambahan pekerjaan lagi” ujar Shanin. Mahardika mengerutkan dahinya dan menatap Shanin.

“Lo gila, Shan? Kalo kebanyakan kerjaan lo bisa kecapekan. Belum lagi nanti kuliah dan organisasi lo” Mahardika menatap Shanin intens. Dia mencemaskan gadis itu.

“Gue tau, tapi ya emang harus. Soalnya kalo gajinya sedikit ibu bakal marah. Soal organisasi, gue ga bakal ikut apa-apa kayaknya” Shanin mengalihkan pandangannya ke luar tempat makan tersebut.

“Shan, lo ga bisa gini terus. Kenapa lo ga pergi aja dari rumah lo?” Mahardika mulai kesal mendengarnya.

“Ga bisa, gimana pun juga ibu udah rawat gue selama ini. Gue harus bahagiain dia dulu” ujar Shanin

Baru saja Mahardika ingin berbicara, namun sudah terpotong dengan pelayan yang membawakan makanan mereka. Akhirnya mereka makan dalam diam, terhanyut oleh pikirannya masing-masing.