Tentang Aida

image


Siang itu, Aida sedang berada di taman Rumah Sakit. Ia memandang hamparan rumput dan juga bunga yang ada di sana dengan tatapan kosongnya. Setelah secara tidak sengaja ia mendengar pembicaraan antara Mamanya dan Dokter yang menanganinya, semangat Aida tiba-tiba hilang. Ia takut jika suatu hari ia pergi, siapa yang akan menjaga Mamanya? Mamanya hanya punya Aida seorang karena Papanya sudah meninggal sejak ia duduk di bangku SMP.

“Aida..”

Seseorang memanggilnya dan hal itu membuat Aida tersadar dari lamunannya. Ia pun menoleh ke arah sumber suara. Ia melihat seseorang yang tak asing sedang berjalan mendekat ke arahnya.

“Ai, Lo...” orang tersebut terkejut melihat Aida yang menggunakan baju Rumah Sakit dan juga kursi roda. Ditambah lagi dengan wajah dan bibir pucat Aida yang menambah keyakinan bahwa Aida adalah pasien di sana.

Aida tersenyum lemah, namun senyumannya tetap indah. “Kak Yogi, kakak ngapain di sini?”

Yogi—yang tak lain adalah salah satu sahabat Danish, pria yang Aida sukai. Yogi pun memaksa dirinya untuk sadar dari keterkejutannya dengan keadaan Aida. Ia penasaran dengan penyakit Aida—gadis yang biasanya ia lihat selalu ceria sampai menjadi sosok lemah seperti yang ada di hadapannya saat ini.

“Iya, gue nemenin nenek check up. Terus tadi iseng nyari angin ke sini,”

Aida hanya menganggukkan kepalanya. Bak seseorang yang bisa membaca pikiran, Aida pun berkata, “Kakak pasti penasaran kenapa Aida di sini dengan keadaan begini, 'kan?”

Yogi pun langsung menganggukkan kepalanya.

“Aida salah satu pasien di sini dan lagi ngejalanin pengobatan,”

“Lo sakit apa, Ai?”

“Leukimia jenis akut, lebih tepatnya Acute Myeloblastic Leukemia (AML),”

Bak disambar petir, Yogi sangat terkejut mendengarnya. Ia memang tidak terlalu paham tentang penyakit kanker darah tersebut, tapi ia tahu pasti bahwa penyakit tersebut adalah penyakit yang berbahaya.

Aida pun mendongakkan kepalanya untuk melihat ke arah wajah Yogi yang saat ini sedang berdiri tepat di samping kursi rodanya. “Tolong jangan kasih tau siapapun, terutama Kak Danish ya, Kak?”

Yogi menatap wajah teduh nan lemah di hadapannya. Rasanya ia ingin menangis, namun itu tak mungkin karena akan membuat Aida merasa lebih buruk. Walaupun belum lama mengenal Aida, namun baginya Aida sudah ia anggap seperti adiknya.

“Kak?”

“Eh? Tapi kenapa? Danish berhak tahu, Ai,”

“Aida gak mau, Kak. Cuma ini permintaan Aida, bisa?”

Yogi pun mengangguk pasrah. “Iya, gue gak akan kasih tau siapa-siapa terutama Danish. Tapi, janji sama gue buat sembuh, Ai.

Aida tersenyum miris mengingat fakta bahwa kemungkinan ia sembuh sangat kecil. “Aida gak bisa janjiin apapun karena semua kuasa Tuhan, Kak. Tapi, Aida akan berusaha untuk bertahan semampu Aida.”

Sakit rasanya Yogi mendengar perkataan yang terdengar pasrah dari Aida karena selama yang ia kenal Aida adalah sosok yang selalu optimis. Gadis yang selalu bisa membangkitkan semangat orang lain.

“Kak, bisa tolong antar Aida ke ruangan Aida?”

Yogi pun mengangguk dan mulai mendorong kursi roda gadis itu untuk masuk ke dalam Rumah Sakit. Tanpa Aida sadari, air mata Yogi jatuh. Pria itu pun segera menghapusnya. Ia mengantar Aida hanya sampai depan ruang rawat Aida, karena kebetulan perawat keluar dari sana dan langsung mengambil alih Aida untuk dibawa masuk. Sebelum pintu ruangan ditutup, Aida sempat tersenyum ke arah Yogi yang membuat hati Yogi semakin sakit melihat senyumannya itu.

justdoy_it