Tidak Baik-Baik Saja

image


Sore itu, Luna berjalan ke arah coffee shop tempatnya dan Jeffin temu janji. Ia berjalan kaki karena lokasinya yang tidak terlalu jauh. Hanya butuh waktu sekitar 15 menit Luna sudah sampai. Ia pun masuk dan mengambil tempat yang berada di sudut ruangan karena hanya tempat itu yang tersisa. Pasalnya dikala sore hari, coffee shop itu banyak dikunjungi orang yang baru pulang kantor.

Sudah 10 menit Luna menunggu namun belum ada tanda kemunculan Jeffin. Luna bahkan sudah memesan minuman.

“Maaf buat kamu nunggu,” ujar seseorang yang baru saja duduk di hadapannya.

Luna melihat orang yang di hadapannya, dia adalah Jeffin. Penampilannya sekilas tidak aneh sama sekali karena ia mengenakan kaus polos dan jaket jeans serta celana jeans yang terbilang rapi. Namun jika diperhatikan lagi, rambutnya sedikit berantakan, kantung mata yang sedikit menghitam serta bibir yang pucat.

“Bapak sakit?” tanya Luna.

“Nggak, saya baik-baik aja,” jawabnya dengan senyuman dan juga tatapan sayunya.

“Kalau sakit, diundur aja deh ketemunya,”

“Jangan dong, saya udah jauh-jauh nyetir ke sini loh,” ujar Jeffin sambil meminum kopi yang sudah dipesankan Luna tadi.

“Oke. Jadi, saya mau dengar penjelasan bapak tentang Laura-” belum sempat Luna menyelesaikan perkataannya, Jeffin sudah beranjak dari duduknya dan menuju toilet.

“Dia kenapa?” pikir Luna. Ia bingung harus menyusul Jeffin atau tidak.

5 menit kemudian Jeffin kembali dengan wajah yang semakin pucat. Hal itu membuat Luna khawatir. Ia pun mengulurkan tangannya untuk menyentuh dahi pria itu. Ia terkejut begitu kulit tangannya mengenai dahi pria itu. Sangat panas.

“Bapak mending ke rumah sakit aja, deh,” pinta Luna. Jeffin hanya menggelengkan kepalanya. “Gak perlu.”

“Yaudah kita pulang aja,”

Jeffin pun mengangguk, ia meraih kunci mobil yang ia letakkan di meja sejak kedatangannya tadi.

“Jangan aneh-aneh, deh. Bapak lagi begini gak akan bisa nyetir. Kita pesan taksi aja, nanti mobil bapak saya suruh Janu yang ambil,”

Jeffin pun hanya bisa pasrah karena ia sudah tidak memiliki tenaga untuk berdebat. Luna pun segera membayar minuman mereka dan keluar dari sana.

Tak perlu menunggu waktu lama agar taksi online pesanan Luna datang. Mereka pun langsung masuk ke dalam taksi. Luna meletakkan kepala Jeffin di bahunya. Ia semakin khawatir karena demamnya yang semakin tinggi dan keringat banyak keringat yang keluar.


Luna membawa Jeffin ke unitnya dengan dibantu oleh satpam. Setelah mengetikkan password unit apartement Jeffin, Luna membawa pria itu masuk dan merebahkannya di atas sofa bed yang berada di ruang TV. Ia pun membuka jaket jeans, sepatu hingga kaus kaki yang dikenakan pria itu. Setelahnya, ia pergi untuk membuat air kompresan.

Ia pun kembali dengan air kompresan untuk Jeffin. Ia mengompres pria itu dengan hati-hati. Setelah selesai, ia menghubungi Janu untuk datang ke sini. Namun Janu berkata bahwa ia tidak bisa ke sana karena harus kuliah.

“Terus maksud dia gue gak kuliah gitu?” omel Luna pada ponsel yang masih ia genggam padahal panggilannya dengan Janu sudah selesai.

Luna menatap Jeffin yang terlelap dengan damai. Ia ingin pulang namun ia tidak tega pada pria itu. Siapa yang akan menjaganya jika Luna pergi?

Luna pun memutuskan untuk duduk di lantai, hingga akhirnya ia pun ikut terlelap sambil menggenggam tangan Jeffin.

justdoy_it