Tinggal Berdua
Nandra dan Jea sudah dalam perjalanan menuju apartement yang akan menjadi tempat tinggal mereka berdua.
“Kita makan di apart aja ya,” ujar Nandra.
“Loh gak jadi makan di luar?” Tanya Jea.
“Gak. Kaki kamu begitu. Nanti biar saya yang masakin kamu,”
Jea hanya mengangguk saja. Dan suasana pun kembali hening.
Kini, Nandra dan Jea sudah tiba di apartement milik mereka berdua. Nandra membuka pintu apartementnya dan menyuruh Jea untuk masuk. Jea pun masuk ke dalam. Dan Jea terkejut dengan interior mewah yang ada di dalamnya.
“Ini orang se-kaya apa sih?” batinnya.
“Kamu duduk aja di sofa, saya mau masak dulu.”
“Gue mau ikut!”
“Mau ngapain? Kalau cuma mau gangguin saya mending gak usah,”
“Dih.. gue tuh mau liatin lo masak. Sekalian belajar,”
“Belajarnya setelah kaki kamu sembuh aja, sekarang duduk sana.” Nandra menunjuk sofa yang berada di ruang TV.
Jea mendecak sebal. “Kaki gue tuh cuma lecet-lecet doang bukan patah.”
“Jea!” Nandra menatapnya dengan tatapan yang ditakuti oleh Jea serta nada suara Nandra yang merendah. Hal itu membuat kesan Nandra lebih seram.
Jea pun mau tak mau harus mengalah lagi. Ia berjalan menuju ruang TV dan duduk di sana, sesuai perintah Nandra.
Nandra yang melihat hal itu pun tersenyum simpul. Ia pun mulai menyibukkan dirinya dengan kegiatan memasaknya.